Jumat, 29 Juli 2011

Sekolah Wajib Terapkan Muatan Lokal

PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Dinas Pendidikan (Disdik) setempat berupaya mewajibkan seluruh sekolah menerapkan mata pelajaran muatan lokal (Mulok) untuk melestarikan budaya dan kesenian daerah itu.

Kepala Disdik Kalteng Guntur Talajan, Jumat, mengatakan, mata pelajaran Mulok terdapat 12 kearifan lokal, antara lain bahasa dan sastra daerah, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat-istiadat dan hukum adat.

Selain itu juga ada sejarah lokal, teknelogi lokal, lingkungan alam atau ekosistem, obat-obat tradisional, masakan tradisional, busana tradisional dan nilai budaya lokal dalam perpektif global.

"Semua sekolah di Kalteng wajib menerapkan mata pelajaran muatan lokal, dan dalam rapat kordinasi beberapa waktu lalu kabupaten/kota sudah sepakat," kata Guntur Talajan.

Menurutnya, pembentukan mata pelajaran Mulok sendiri berdasarkan peraturan daerah (Perda) tentang kedamangan. Dimana dalam Perda itu terdapat salah satu pasal yang menyebukan agar mulok harus masuk dalam kurikulum sekolah.

"Agar mata pelajaran berjalan dengan maksimal diperkuat dengan peraturan gubernur (Pergub) Nomor 22 tahun 2011 tentang tata cara pelaksanaan kurikulum muatan lokal. Ia mengakui memang selama ini ada mata pelajaran kesenian daerah, namun belum berjalan dengan maksimal," ujarnya.

Dia mengatakan, kurikulum Mulok adalah kurikulum pendidkan berbasis berbagai potensi daerah, ciri khas daerah serta keunggulan daerah yang selanjutnya disebut dengan kearifan lokal.

"Mulok ini, salah satu kurikulum yang dibuat daerah, yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan daerah yang mencirikan kearifan lokal, sehingga dikembangkan potensi yang sesuai dengan khas dan keunggulan daerah," terangnya.

Dengan diwajibkan kurikulum Mulok ini diharapkan para tenaga pendidikan, khususnya dibidang muatan lokal bisa memberikan pemahaman dan penjelasan serta pelatihan dengan maksimal terutama atas ke12 kategori yang dimaksut, sehingga dapat berjalan dengan maksimal.

"Kita berharap para pendidik bisa memberikan pemahaman atas 12 kategori Mulok tersebut dan dari itu pula diharapkan seni budaya daerah dapar berkembang dengan baik di Kalteng," tegasnya.

Sumber :
ANT

Minggu, 24 Juli 2011

Muhammadiyah Akan Dirikan Universitas

Jumat, 22 /07/ 2011 10:55

Pengurus Muhammadiyah foto bersama ketua umum Muhammadiyah Din Syamsudin.(F:Kholistiono)

Pengurus Muhammadiyah foto bersama ketua umum Muhammadiyah Din Syamsudin.(F:Kholistiono)

JAMBI - Muhammadiyah Jambi bakal mendirikan Universitas Muhammadiyah Jambi, sebagai pusat pendidikan masyarakat, dalam rangka menciptakan generasi muda yang berilmu dan beriman.

Ini ditegaskan oleh Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jambi, Fahmi Rizal Gadin, saat pembukaan malam taaruf, Rapinwil Muhammadiyah Provinsi Jambi, pertemuan regional ketua PWM se-Sumatera dan seminar nasional optimalisasi wawasan kebangsaan bagi generasi muda, kemarin malam (20/7) di Ball Room Novita hotel.

“Ide mendirikan universitas Muhammadiyah Jambi ini, merupakan hasil diskusi dan keinginan bersama dari kader-kader Muhammadiyah, untuk ikut serta dalam memajukan bangsa, khususnya provinsi Jambi, melalui dunia pendidikan,” ujarnya. Menurutnya, ide tersebut juga terinspirasi dari beberapa daerah. Dimana, hampir setiap provinsi sudah memiliki universitas. Bahkan untuk daerah yang terhitung penduduknya bukan mayoritas agama Islam. Ia katakan, saat ini Muhammadiyah Jambi sudah memiliki sekolah tinggi, di antaranya STIE Muhammadiyah yang berada di Jambi dan di kabupaten Kerinci. Dimana, jumlah mahasiswanya sudah mencapai ribuan.

Dengan adanya universitas Muhammadiyah Jambi, dia berharap bisa mendukung progam pemerintah provinsi Jambi, serta bisa menjadi icon pendidikan di provinsi Jambi. Seperti provinsi lain yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Muhammadiyah Jambi juga rencananya bakal mendirikan gedung dakwah, yang digunakan sebagai pusat kegiatan mensiarkan Islam ataupun sebagai wahana melakukan diskusi membahas mengenai kemajuan agama Islam. ‘’Pendirian gedung dakwah ini, merupakan salah satu prioritas dari Muhammadiyah Jambi. Dimana, untuk lahannya saat ini sudah tersedia dan mudah-mudahan dalam waktu dekat, gedung ini sudah bis dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat,” ujarnya.

Dengan adanya gedung dakwah tersebut, bisa memberikan motivasi dan spirit bagi kader Muhammadiyah, untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, yakni, memberikan pencerahan bagi umat. Selain itu, pihaknya juga berencana mendirikan rumah sakit Islam, dimana untuk di provinsi Jambi, menurutnya rumah sakit Islam masih minim. Dengan adanya rumah sakit Islam tersebut, pihaknya berharap mampu memberikan manfaat kepada masyarakat khususnya dalam pelayanan bidang kesehatan. Menanggapi rencana yang diutarakan ketua PWM Jambi tersebut, Din Syamsudin menyambut positif. Bahkan, dirinya mendorong, supaya apa yang dicita-citakan Muhammadiyah Jambi, bisa cepat terwujud. “Ide ini jangan berhenti di tengah jalan, karena ini ide yang sangat mulia untuk kemaslahatan umat,” ungkapnya. Dirinya mengatakan, untuk menciptakan perubahan perlu diawali dari mimpi, karena, akan diwujudkan dalam bentuk kerja keras dan keihklasan. (cak)

sumber: metrojambi.com

Dasar Bendera Pusaka Pesan dari Jepang


SHUTTERSTOCK

BENGKULU, KOMPAS.com — Putri Presiden pertama RI Sukmawati Soekarno menyatakan, bahan dasar pembuatan Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dipesan melalui tentara Jepang.

"Di awal kemerdekaan Bapak (Soekarno) sudah pesan beberapa gulungan kain dasar warna merah dan putih kepada tentara Jepang, ketika bahan dasar itu didapat, barulah Ibu (Fatmawati) yang ditugaskan untuk menjahitnya," terangnya dalam penutupan acara "Merajut Nusantara" di Kota Bengkulu, Sabtu (23/7/2011).

Ia mengisahkan, saat itu ibu Fatmawati dalam keadaan mengandung Guntur Soekarno Putra. Ibu Fatmawati sesekali terisak dalam tangis sambil menjahit bendera Merah Putih karena ia tidak percaya Indonesia akhirnya merdeka dan mempunyai bendera serta kedaulatan sendiri.

"Menjahit bendera pusaka, bendera pertama Indonesia adalah takdir dari ibu saya (Fatmawati) dan ia adalah putri dari Provinsi Bengkulu," tambahnya.

Dilanjutkannya, di awal kemerdekaan, Presiden Soekarno memang telah menyiapkan bendera untuk Indonesia yang bahan dasarnya ia pesan pada tentara Jepang, tentu saja tanpa sepengetahuan penjajah jika bahan dasar kain berwarna merah dan putih itu digunakan untuk membuat sebuah bendera bagi bangsa yang sedang dijajah Jepang.

Ia juga mengatakan, pada saat bendera pusaka dikibarkan di istana yang menandakan Indonesia merdeka, Ibu Fatmawati berurai air mata karena ia menyadari sesuatu yang mustahil telah diraih oleh bangsa Indonesia, yakni kemerdekaan.

Di akhir kalimatnya, ia mengatakan, sejarah Bengkulu dekat dengan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Event "Merajut Nusantara" merupakan pergelaran menjahit duplikat bendera pusaka Merah Putih dalam rangka napak tilas perjuangan Ibu Fatmawati, yang merupakan tokoh sejarah kunci kemerdekaan Indonesia.

Ibu Fatmawati merupakan putri asli Bengkulu yang menjadi istri Soekarno pada saat kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu sejarah mencatat, Ibu Fatmawati yang menjahit bendera pusaka Merah Putih pertama ketika Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.